A. Proposal Penelitian Pengembangan
|
B.
Format Proposal Penelitian Kualitatif
Bagian ini memuat uraian
tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan,
dan apa/siapa yang mengarahkan penelitian. (Lihat juga membuat pendahuluan skripsi )
Fokus penelitian memuat rincian pernyataan
tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam
penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian
berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan
diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui
gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.
Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara
jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan
naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di
lapangan.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan
fokus yang telah dirumuskan.
Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau
penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif
peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini
ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu
atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam
subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti.
Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian
terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
Bab ini memuat uraian tentang metode dan
langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap
penelitian.
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan
bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan menyertakan
alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga
dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna
suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan,
etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu
mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus,
grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan,
atau penelitian kelas.
b. Kehadiran Peneliti
Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa
peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain
manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas
peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan
untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus
dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah
peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat
penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya
sebagai peneliti oleh subjek atau informan.
c. Lokasi Penelitian
Uraian lokasi penelitian diisi dengan
identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana
peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas,
misalnya letak geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi),
struktur organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan lokasi harus
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian
dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan
menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika
megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan rumah peneliti, peneliti pernah
bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.
d. Sumber Data
Pada bagian ini dilaporkan jenis data,
sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian
tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya,
siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek
dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga
kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang
dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).
Istilah pengambilan sampel dalam
penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam
penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan
informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan
sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.
e. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam bagian ini diuraikan teknik
pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da
struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan
disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan
catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh
mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan
prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara
untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan
dalam pengumpulan data.
f. Analisis Data
Pada bagian analisis data diuraikan proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.
Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis
data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa
yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama
dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain,
analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini
peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau
estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang
operasional, misalnya matriks dan logika.
g. Pengecekan Keabsahan Temuan
Bagian ini memuat uraian tentang
usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh
temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan
mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi
yang diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti,
teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil,
dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya
ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya
(dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya
(confirmability) .
h. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan
penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian
sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar
rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya
digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan
dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam
skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara
penulisan daftar rujukan.
Unsur yang ditulis secara berurutan
meliputi:
1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama
tengah, tanpa gelar akademik,
2. tahun penerbitan
3. judul, termasuk subjudul
4. kota tempat penerbitan, dan
5. nama penerbit.
C. Format Proposal Penelitian
Kuantitatif
1. Latar
Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang
melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini
dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan
diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan
pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk
diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh.
2. Rumusan
Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah
hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk
kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel
yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan
subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara
empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa
SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran Matematika
3. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian.
Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah
penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan
dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP
dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
4. Hipotesis
Penelitian
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian
kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan
hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam
skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural
hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena
hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang
diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan
dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan
kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam
latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang
relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam
rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan
antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan
itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan
prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat
kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam
matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang.
Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua
variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan
secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
5. Kegunaan
Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi
pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata
lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas
masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat
disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk
dilakukan.
6. Asumsi
Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.
Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan
menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal
yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran
sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis.
Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi
metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.
7. Ruang
Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang
diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian
ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta
indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi,
tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca
dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan
penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam
penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan
ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural,
teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan
penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan
kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang
diinginkan.
8. Definisi
Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan
timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan
istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah
istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di
dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung
konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang
diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara
langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih
dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan
diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi
operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau
mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional
dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika
yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan
desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya
konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping
itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang
serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali
oleh orang lain. (Lihat Glossary)
9. Metode
Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak
mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen
penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
a. Rancangan
Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu
diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental.
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar
peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan
penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih
adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel
lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan
rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada
hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam
subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang
dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris,
deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan
komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula
variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara
variabel-variabel tersebut.
b. Populasi
dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran
penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan
istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam
survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif
disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya.
Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu
diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara
tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif,
dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.
Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel
dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel
terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik
populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek
penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya
sampel.
c. Instrumen
penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen
pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan
variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen
yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama
disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila
instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada
kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang
digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah
cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir
pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat
spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang
dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang
tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian.
Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan
Bahan.
d.
Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang
terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan
pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana
pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan
mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui
pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan,
walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
e. Analisis
Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari
metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat
statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data
sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi
pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena
itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik
analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik
parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang
lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik
nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi
beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik
tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan,
perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang
dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara
panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak
sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu
diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer
perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.
10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban
yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji
teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang
diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis
dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga
teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka
memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang
diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas
hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang
diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya,
argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk
mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil
kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil
penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri.
Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal
penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah,
laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan
lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap
temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada
temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk
disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan
peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih
luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu
pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi
perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau
kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji.
Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni
(1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip
relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat.
Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada
periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi
berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal
serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip
relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya
dengan masalah yang diteliti.
11. Daftar
Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam
teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi
tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya,
semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama
akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul,
termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
D. METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
MENGENAL
METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Metode eksperimen merupakan bagian
dari metode kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya
kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat menggunakan
desain eksperimen karena variabel-variabel dapat dipilih dan variabel-variabel
lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara
ketat. Sehingga dalam metode ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu
variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari
penelitian-penelitian lain.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu
situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut
sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari
hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang mengganggu.
A.Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1.Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas
untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga
variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang
memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh
perlakuan/manipulasi.
2.Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke
dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari
variabel.
3.Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental
yang dilakukannya.
B.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian eksperimental pada dasarnya sama dengan penelitian lain,
yakni; memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrumen pengukuran,
memilih desain penelitian, melaksanakan prosedur, menganalisis data, dan
merumuskan kesimpulan.
C.Validitas
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan
oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat
digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009)
Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan
eksternal.
1.Validitas Internal
Validitas ini mengacu pada kondisi
bahwa perbedaan yang diamati pada variabel bebas adalah suatu hasil langsung
dari variabel beas yang dimanipulasi dan bukan dari variabel lain. Campbel dan
Stanley (dalam Gay:1981) sebagaimana dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi
delapan ancaman utama terhadap validitas internal, antara lain:
•Historis, dimana munculnya suatu kejadian yang bukan bagian dari perlakuan
dalam eksperimen yang dilakukan, tetapi mempengaruhi model, karakter, dan
penampilan variabel bebas.
•Maturasi, dimana terjadi perubahan fisik atau mental peneliti atau obyek yang
diteliti yang mungkin muncul selama suatu periode tertentu yang mempengaruhi
proses pengukuran dalam penelitian.
•Testing, dimana sering terjadi ketidak efektifan suatu penelitian yang
menggunakan metode test karena suatu kegiatan test yang dilakukan dengan
menggunakan pra test dan post test, apalagi dengan rentang waktu yang cukup
panjang, dan terkadang nilai pra test dan post test yang sama.
•Instrumentasi, instrumentasi sering muncul karena kurang konsistensinya
instrumen pengukuran yang mungkin menghasilkan penilaian performansi yang tidak
valid. Dimana jika dua test berbeda digunakan untuk pratest dan postest, dan
test-test tersebut tidak sama tingkat kesulitannya, maka instrumentasi dapat
muncul.
•Regresi Statistik, dimana regresi statistik ini sering muncul bila subyek
dipilih berdasarkan skor ekstrem dan mengacu pada kecenderungan subyektif yang
memiliki skor yang paling tinggi pada pratest ke skor yang lebih rendah pada
postes, begitupun sebaliknya.
•Seleksi subyek yang berbeda, dimana biasanya muncul bila kelompok yang ada
digunakan dan mengacu pada fakta bahwa kelompok tersebut mungkin berbeda
sebelum kegiatan penelitian dimulai.
•Mortalitas, dimana sering terjadi bahwa subyek yang terkadang drop out dari
lingkup penelitian dan memiliki karakteristik kuat yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian.
•Interaksi seleksi Maturasi, dimana satu kelompok akan termaturasi dengan hasil
kelompok lain tanpa melalui perlakuan.
2.Validitas Eksternal
Validitas ini mengacu pada kemampuan
generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel
populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada
waktu dan kondisi yang lain.
Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009)
mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
•Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek
berbeda pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
•Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak
dipilih secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan
ketidakvalidan internal.
•Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan
generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
•Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara
bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
•Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima
lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.
•Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek
dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.
D.Desain Penelitian Eksperimental
1.Pengontrolan Variabel Luar
2.Pemadanan, yaitu suatu teknik untuk penyamaan kelompok pada satu atau lebih
variabel yang telah diidentifikasi peneliti sebagai berhubungan dengan
performansi pada variabel terikat (Emzir:2009)
3.Perbandingan Kelompok atau Subkelompok Homogen
4.Penggunaan Subjek sebagai pengendalian diri mereka sendiri
5.Analisis Kovarian, yaitu suatu metode statistik untuk penyamaan kelompok yang
dibentuk secara random pada satu atau lebih variabel terkontrol.
E.Jenis-Jenis Desain Penelitian
Eksperimental
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mengemukakan kriteria-kriteria untuk suatu
desain penelitian eksperimental yang baik, diantaranya;
•Kontrol eksperimental yang memadai
•Mengurangi artifisialitas (dalam merealisasikan suatu hasil eksperimen ke
non-eksperimen)
•Dasar untuk perbandingan dalam menentukan apakah terdapat pengaruh atau tidak
•Informasi yang memadai dari data yang akan diambil untuk memutuskan hipotesis
•Data yang diambil tidak terkontaminasi dan memadai dan mencerminkan pengaruh
Tidak mencampurkan variabel yang
relevan agar variabel lain tidak mempengaruhi
•Keterwakilan dengan menggunakan randomisasi aspek-aspek yang akan diukur
•Kecermatan terhadap karakteristik desain yang akan dilakukan
Dengan demikian maka suatu desain eksperimental yang dipilih oleh peneliti
membutuhkan perluasan terutama pada prosedur dari setiap penelitian yang akan
dilakukan. Emzir (2009) mengklasifikasikan desain eksperimental dalam dua
kategori yakni:
1.Desain Variabel Tunggal, yang melibatkan satu variabel bebas (yang
dimanipulasi) yang terdiri atas;
•Pra-Experimental Designs (non-designs)
Dikatakan pre-experimental design,
karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini
disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel terikat (dependen). Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel terikat (dependen) itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
bebas (independen). Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel
kontrol dan sampel tidak dipilih secara acak (random). Bentuk pra-experimental
designs antara lain:
a.One-Shot Case Study (Studi Kasus
Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment
(perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai
variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.
b.One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)
Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
c.Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan)
dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
•True Experimental Design
Dikatakan true experimental
(eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat
menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok
kontrol dan sampel yang dipilih secara random. Desain true experimental terbagi
atas :
a.Posstest-Only Control Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random
(R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok
yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak
diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
b. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c.The Solomon Four-Group Design
Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara random.
Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari kelompok
pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen, setelah
itu keempat kelompok ini diberi posttest.
•Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini
merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
experimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental
design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit
medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak.
Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian,
maka dikembangkan desain Quasi Experimental.
Desain eksperimen model ini diantarnya sebagai berikut:
a.Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat
kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak
menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay
diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian
ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok
kontrol.
b.Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol
dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan
terakhir diberikan postes.
c.Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
2.Desain Faktorial, yang melibatkan
dua atau lebih variabel bebas (sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi).
Desain faktorial secara mendasar menghasilkan ketelitian desain
true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih
variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain.
Tujuan dari desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel
eksperimental dapat digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel
kontrol atau apakah efek suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level
khusus dari variabel kontrol, selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
Daftar Pustaka
1.Arikunto, Suharsimi : Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta: 2006.
2.Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen
Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado: 2009.
3.Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
4.Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Salah satu metode penelitian adalah eksperimen.
Untuk dapat melaksanakan suatu eksperimen yang baik, perlu dipahami terlebih
dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik
yang berkaitan dengan jenis-jenis variabel, hakekat eksperimen, karakteristik,
tujuan, syarat-syarat eksperimen, langkah-langkah penelitian eksperimen, dan
bentuk-bentuk desain penelitian eksperimen.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking